Mencuri Mimpi-mimpi Mantan

Nadyazura
3 min readAug 21, 2023

Pada satu hari yang terik pada musim panas di Jerman. Gw sedang mencuci pikiring lalu terlintas dalam memori tentang bagaimana dulu aku sering menghabiskan waktu pada hari minggu ke Pemda Cibinong dengan mantan pacar pertamaku, sebut saja I. Sebagai pensiunan dan cuma punya anak satu, ibu I kadang-kadang jualan di Pemda dan masakan ibu I memang luar biasa enak sekali. Gw ingat pernah makan fuyunghai di rumah I dan gw masih kebayang rasanya hingga saat ini. Gw dan I berpacaran sekitar satu tahun lamanya sampai gw mematahkan hatinya lalu dia gantian mematahkan hati gw.

Gw ingat bahwa kami pernah bermimpi bersama untuk nonton band-band metal favorit kami. I suka Suicide Silence dan Bring Me The Horizon. Saat itu adalah tahun 2008 dan metalcore lagi jaya-jayanya. Gw juga tahu beberapa musik asik dari I. Kami kenalan di tempat les bahasa inggris di mana I menjadi murid paling pintar di sana. Ternyata kami suka jenis musik yang sama lalu kami pacaran. I adalah senior gw di SMA. I sangat cerdas dan punya mimpi yang banyak. Gw percaya bahwa I bisa meraih mimi-mimpinya seperti lanjut kuliah di UI misalnya. I berhasil membuktikan kalau dia bisa, walaupun sehabis itu dia mutusin gw.

I mendambakan lanjut sekolah, tapi I juga mau jadi anak populer. I mau jadi keren maka I fokus untuk bagaimana menjadi orang yang cool. I enggak mau terus menerus dalam lingkungan nerd. I mulai bermain game dan berhenti berpikir tentang hal-hal yang kompleks di luar dirinya. Mungkin I masih bermimpi untuk nonton band favoritnya semasa SMA tapi dia sudah takluk untuk menjadi sama dengan orang-orang di sekelilingnya. I tidak menyerah, I juga tidka memilih jalan yang salah. I hanya ingin hidup seperti orang lain kebanyakan, walaupun ketika dia masih bersama gw, gw tahu bahwa I sangat cerdas dan kecerdasan I membuat gw jatuh cinta.

Rasa sayang gw pada I, yang kini sebatas memori saja, membuat gw menyimpan hal-hal baik yang I miliki. kecerdasan analisa, kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan selera musik yang bagus. Gw juga mengingat mimpi-mimpi I: nonton Bring Me The Horizon. Belasan tahun setelah berakhirnya hubungan kami, gw mencuri mimpi-mimpi I di usia 17 tahun dan menjadikannya milik gw.

Kini gw mewujudkan semua hal yang I cuma bisa impikan: nonton Bring Me The Horizon, berkawan dengan orang dan berbicara bahasa Inggris karena gw memang tinggal di luar negeri.

I bukan satu-satunya lelaki yang gw curi mimpinya. Sebenarnya istilah mencuri mimpi tidak tepat, karena lelaki-lelaki tersebut memang tidak pernah berniat untuk mewujudkan mimpinya. Entah karena beberapa hal, mungkin mimpi dan prioritasnya brubah seperti I. Mungkin karena mereka tidak bisa menguasai rasa takut dan melampaui insekyuritas dalam diri mereka.

Lelaki yang paling jelas gw curi dan gw wujudkan mimpinya adalah gebetan/pacar. Senior gw jaman kuliah. Kebetulan inisialnya juga I. I selalu mau diakui sebagai sejarawan tapi rasa takut I lebih besar daripada penisnya. Dia tidak pernah jadi apa-apa. Dia cuma bisa bermimpi karena semua publikasi dan pengakuan sosial, semua gw yang mewujudkannya.

Lain cerita gebetan jaman kuliah kak G. Senior ini baik hatinya dan sebenarnya sangat cerdas, dia punya banyak potensi dan mimpi untuk bisa ke London. Gw sadar bahwa gw melihat G sebagai kakak lelaki yang tidak pernah gw miliki dna gw mengaggumi selera berbusana dan kemampuan komunikasinya. Seandainya kak G lebih berani, mungkin dia bisa mencapai mimpinya. Tapi gw yang ke London duluan.

Lalu DKW yang selalu mau jalan-jalan di Eropa dan menyusuri kebun anggur. Gw tidak menyesal mengatakan bahwa, kamu mungkin baru bisa melakukannya ketika kamu pensiun. Karena bekerja keras kadang tidak menghasilkan apa-apa. Kamu butuh nekat, kamu butuh bermimpi, kamu butuh jadi berani.

Lelaki-lelaki yang gw pacari tidak berani. Untuk bermimpi. Untuk emmbuat mimpi menjadi rencana. Mereka lebih rasional tapi kadang-kada delusional membuat lingkaran hidup kamu ebih luas. Kamu harus berpikir hal-hal di luar diri kamu dan struktur masyarakat. Kalian bisa bilang aku gila karena aku tidak mudah menyerah. Kalian menyerah pada gw, pada mimpi kalian.

Untuk semua mantan-mantan gw yang menyerah pada mimpinya. Mungkin gw dulu macarin/ngegebet kalian karena sebenarnya itu adalah mimpi gw, bukan kalian. Kalian cuma speaker, penyambung suara dari lubuk jiwa tentang apa yang gw impikan dan rencanakan. Dan kalian adalah bagian dari bara semangat mewujudkan rencana gw.

--

--

Nadyazura

Using Medium as Toilet basicly what I wrote here are shit(s)