Parasit 1

Nadyazura
1 min readMar 8, 2023

Parasit itu bersemayam di tubuhku. Aku mengetahuinya dua minggu yang lalu. Awalnya aku merasa senang bahwa tubuhku ternyata bisa seperti standar perempuan normal pada umumnya, lalu aku membayangkan betapa bahagianya orang-orang di sekelilingku apabila mereka dengar kabar tentang perkembangan tubuhku sepulang dari Indonesia.

Hari berikutnya rasa senang itu mulai memudar ketika aku harus kembali ke ritme hidup di Jerman. Aku menyadari bahwa semua pengorbanan dan perjuangan yang telah aku lakui untuk bisa sampai di titik ini. Semua luka yag aku lalui dan orang-orang yang aku maafkan, termasuk memafkan diri sendiri. Supaya aku bisa merasakan kebebasan. Aku pergi jauh, melakukan banyak hal, dikucilkan cuma agar aku bisa merasakan yang aku nikmati sekarang.

Kini setelah aku bisa merasakan kebebasan atas jerih payah aku sendiri, aku harus menyerahkannya kepada parasit yang bersemayam di tubuhku. Aku tidak sudi.

Aku tidak peduli lagi siang atau malam, patokan hidup hanya bekerja karena aku cuma bisa menangis di sela-sela kerja yang menjadi satu-satunya alasan aku bertahan hidup.

Dan aktivitas yang aku cintai dengan sepenuh hati ini akan sirna apabila parasit ini terus bersemayam. Parasit ini menganggu ritme hidup. Mengambil energiku, menambah volume lemak di tubuh, membuat aku lemah dan emosional. Aku membenci parasit ini dan ingin dia cepat-cepat pergi.

Aku tahu semakin lama parasit ini hinggap, akan semakin sengsara hidupku. Aku akan sulit berjalan, kemungkinan melanggar hukum dan aku akan kehilangan hal-hal yang aku cintai dan aku perjuangkan. Termasuk kebebasanku.

Aku benci parasit ini dan apabila aku tidak bisa mengeluarkanya dari tubuhku, lebih baik aku ikut memusnahkan tubuh ini.

--

--

Nadyazura

Using Medium as Toilet basicly what I wrote here are shit(s)